Gempa Aceh berkekuatan 6,2 SR, Selasa (2/7), mengakibatkan 22 warga
meninggal dunia, 210 terluka dan ratusan rumah mengalami kerusakan.
Gempa yang berpusat di Kabupaten Bener Meriah, terjadi akibat pergeseran
lempeng Sumatera, tepatnya di sesar atau patahan Semangko yang
membentang mulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung.
Pakar Geologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Faisal Ardiansyah,
menyebutkan, gempa di Bener Meriah merupakan gempa tektonik dari segmen
patahan Sumatera/Patahan Semangko. Gempa ini gempa darat dan bukan
disebabkan oleh aktivitas gunung berapi Burne Telong yang ada di kawasan
itu yang sempat diisukan meletus.
Menurutnya, ciri gempa tektonik cakupan getarannya luas, dan
bersifat regional, karena yang bergerak adalah lapisan kulit bumi. Gempa
darat memang tidak akan memicu tsunami, namun umumnya pusat gempa darat
sangat dekat jaraknya dengan tempat aktivitas manusia. "Apabila pusat
gempanya dangkal, maka efek getaran sangat besar dan dapat menggoncang
lapisan Bumi dengan kuat walaupun magnitute-nya kecil," ujarnya.
Struktur patahan semangko ini aktif bergerak 15 sampai 30 sentimeter
setiap tahunnya.
Sementara itu, pakar gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Danny Hilman Natawidjaja mengatakan ada dua patahan besar yang
sejajar memanjang di Pulau Sumatera. Patahan yang pertama adalah zona
subduksi yang memanjang di Laut Samudra Hindia sepanjang bagian barat
Sumatera. Karena pergeseran inilah maka tahun 2004 lalu terjadi gempa
dan tsunami di Aceh.
Kemudian patahan kedua adalah Patahan Sumatera atau Semangko di
tengah daratan Sumatera. Pusat gempa 6,2 SR yang terjadi di daratan
Bener Meriah dan Aceh Tengah, kemungkinan besar gempa terjadi karena
pergeseran patahan Semangko tersebut.
Patahan atau Sesar Semangko adalah bentukan geologi yang membentang
di Pulau Sumatera mulai dari utara ke selatan atau dimulai dari Aceh
hingga Teluk Semangka di Lampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan
Barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini.
Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di
daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat Kota Bukittinggi. Patahan
ini merupakan patahan geser, seperti juga patahan San Andreas yang
terdapat di California, Amerika Serikat.
(Op-Vey/LIPI/BNPB/AcehPost/Geologi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar